Senin, 21 September 2009

Sejarah Secara Etimologi

Secara etimologi kata sejarah berasal dari bahasa Arab, Syajaratun yang berarti “batang pohon yang memiliki cabang dan ranting”. Kata ini masuk ke dalam bahasa Melayu setelah terjadi akulturasi pada masa masuknya kebudayaan Islam ke wilayah Indonesia abad XIII.

Makna harafiah tersebut kemudian diterapkan pada manusia yang pemaknaannya mengalami kontekstualisasi dengan menghubungkannya pada keturunan, asal-usul atau silsilah. Awalnya memang pemakaian istilah silsilah hanya terbatas di kalangan kerajaan, hal ini berkaitan dengan pembentukan dinasti, yang digambarkan secara sistematis membentuk cabang-cabang dan ranting-ranting. Sehingga sejarah awal hanya berkutat pada keluarga kerajaan, atau terbatas pada raja-raja saja (peranan golongan kerajaan).

Meski istilah sejarah baru masuk sekitar abad XIII, bukan berarti belum ada pemahaman sejarah di Indonesia. Terdapat istilah “babad” yang pemahamannya mirip dengan pengertian sejarah. Secara harafiah babad berarti membabat semak belukar dengan tujuan dapat membuka wilayah baru, dan tentunya membangun pemukiman baru. Babad dapat juga dipahami sebagai asal-usul suatu wilayah yang didalamnya digambarkan beragam peristiwa yang mendukung bagi prosesnya, termasuk uraian silsilah.


Dalam perkembangannya pengertian sejarah tersebut tidak cukup mengakomodasi pengertian sejarah yang juga mengalami perkembangan, sebab yang banyak ditonjolkan dalam penulisannya terbatas pada peranan golongan kerajaan, dan orientasinya pada masa lalu saja. Dengan demikian diperlukan pemaknaan baru sejarah yang dapat menampung pemahaman sejarah sesuai dengan perkembangan sejarah itu sendiri.

Di Indonesia secara khusus, penulisan sejarah dan bagaimana sejarah dimaknai telah mengalami beberapa fase, utamanya setelah Indonesia merdeka.

· Fase awal dipahami sebagai fase historiografi (penulisan sejarah) romantic, ultra-nasionalis atau prasaintifik.
Fase ini ditandai dengan munculnya tulisan-tulisan yang anti penjajahan, hal tersebut merupakan hasil dari bentukan situasi. Penulisan sejarah memang sengaja dijadikan sarana bagi perasaan anti kolonialisme. Sehingga dapat dikatakan kepentingan sejarah mengabdi pada kepentingan nasionalisme, yaitu terciptanya Indonesia yang merdeka. Hal tersebut bisa dilihat dari tulisan-tulisan Mohammad Yamin, Sanusi Pane atau bahkan Soekarno.


· Fase berikutnya adalah fase historiografi yang menggunakan pendekatan multi dimensi.
Fase ini ditandai dengan upaya mengkontraskan penulisan sejarah dari perspektif awal, meski tetap berorientasi Indonesia sentris, yaitu menempatkan orang Indonesia sebagai narasi sejarah. Dan dalam penulisannya menggunakan berbagai pendekatan seperti social, ekonomi, budaya, politik, agama dan factor-faktor lainnya. Istilah yang sering juga dikenakan untuk hal tersebut adalah pendekatan interdisipliner. Hal ini dimaksudkan untuk memperkaya pemahaman sejarah.
Pada fase ini penulisan sejarah sudah sangat memperhatikan standar-standar ilmiah, dan berusaha netral pada kepentingan-kepentingan politik tertentu. Meski dalam kenyataannya masih juga terjebak pada paradigma lama (anti colonial), dan lebih parahnya terjerumus bagi kepentingan orde baru.
Pelopor dari fase ini adalah Sartono Kartodirdjo, dan pada proses berikutnya terdapat nama seperti Nugroho Notosusanto.

· Fase yang ketiga, merupakan fase dimana ada upaya merumuskan kembali historiografi Indonesia ke dalam pemahaman yang lebih mengakomodasi pemikiran sejarah sesuai perkembangan keilmuaannya.
Pada fase ini banyak upaya kritik dilakukan sebagai upaya penulisan sejarah kritis. Misalnya kritik terhadap berbagai pemberontakan pada masa colonial yang oleh fase sebelumnya banyak menghasilkan figure-figur pahlawan, pada fase ini mulai dikritisi ulang. Sebab tidak jarang sebuah pemberontakan pada masa colonial tidak didasari oleh kepentingan nasionalisme, melainkan kepentingan individu pemimpinnya dan berorientasi pada kepentingan kekuasaan. Sejarawan pada fase ini diantaranya adala Asvi Warman Adam, Bambang Purwanto, dan lain-lainnya.

Sumber :
· Ilustrasi gambar silsilah diambil dari:
http://desasukolilo.blogspot.com
· Kasmun Saparaus Diktat Kuliah; Pengantar Ilmu Sejarah, UKSW Salatiga
· Kuntowijoyo, 2001, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Penerbit Bentang

Read More..